Contoh Puisi Terzina- Berdasarkan bentuknya, puisi di bagi menjadi beberapa macam. Salah satu jenis-jenis puisi berdasarkan bentuknya tersebut adalah terzina.
Puisi terzina merupakan jenis puisi baru yang setiap baitnya terdiri atas tiga baris.
Untuk mengetahui seperti apa bentuk puisi ini, berikut akan kami tampilkan beberapa contoh puisi terzina dalam bahasa Indonesia.
Ciri Ciri Puisi Terzina
- Mempunyai persajakan akhir yang teratur
- Bentuknya rapi dan simetris
- Sebagian besar puisi empat seuntai
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain
- Setiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata
- Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Contoh Puisi Terzina
Terzina atau terza atau tercet merupakan puisi tiga baris (tiga seuntai) yang menggunakan pola a-b-a, b-c-b, c-d-c, d-e-d.
Ada juga puisi terzina yang diakhiri dengan satu atau dua baris yang menguulang dari tiga baris akhir.
Contoh 1:
Karya: Sapardi Djoko Damono
Lengking klakson dan rem mobil itu
meninggalkan jejak asap knalpot, debu,
dan seekor kucing yang sekarat.
Di dalam rumah, tangis seorang gadis kecil,
lalu suara menghibur seorang ibu
menyelundupkan ajal ke negeri dongeng.
Jalan memang dibangun untuk mobil,
manusia, dan juga–tentu saja–kucing;
tak boleh kita mencurigai campur-tangan-Mu, bukan?
Contoh 2:
Karya: Adi Taufik
Sumbangnya nyanyian satwa membuatku diam
Tapi jiwaku bangkit dari telaga muram
Lalu melangkah menjajaki tangga malam
Kubiarkan semesta larut dibuai lena
Kudengarkan zikir daun kala angin menerpa
Seolah membisikkan agar aku terus menaiki tangga
Padahal suasana kala itu bulan redup
Tapi tak membuat pintu tekadku tertutup
Bahkan rela bersahabat dengan angin bertiup
Waktu telah berganti musim
Kudapatkan tempat untuk bermukim
Berhias cahaya yang Tuhan kirim
Pada dekap terangnya kejora
Terangnya mampu membelah gulita
Semesta menyaksikan, aku telah berjaya
Kini semesta tidak mau berbohong
Tentang cahaya yang telah kugendong
Anjing pun bengong tak lagi menggonggong
Contoh 3:
karya: sanusi Pane)
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Contoh 4:
Karya: Sapardi Djoko Damono
hanya suara burung yang kaudengar
dan tak pernah kau lihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
hanya desir yangin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu
hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu
Contoh 5:
Karya: Joko Pinurbo
Di atas meja kecil ini
masih tercium harum darahmu
di halaman-halaman buku.
Sabda sudah menjadi saya.
Saya akan dipecah-pecah
menjadi ribuan kata dan suara.
Contoh 6:
Karya: Joko Pinurbo
Di kulkas masih ada
gumpalan-gumpalan batukmu
mengendap pada kaleng-kaleg susu.
Di kulkas masih ada
engahan-engahan nafasmu
meresap dalam anggur-anggur beku.
Di kulkas masih ada
sisa-sisa sakitmu
membekas pada daging-daging layu.
Di kulkas masih ada
bisikan-bisikan rahasiamu
terseimpan dalam botol-botol waktu.
Contoh 7:
Karya: Joko Pinurbo
Seperti dua koma bertangkupan.
Dua koma dari dua kamus yang berbeda
dan tanpa janji bertemu di sebuah puisi.
Contoh 8:
Karya: Sapardi Djoko Damono
“suara angin di rumpun bambu
dan suara kapak di pokok kayu,
adakah bedanya, Saudaraku?”
“jangan mengganggu,” hardik seekor tempua
yang sedang mengerami telur-telurnya
di kusut rambut Nuh yang sangat purba
Contoh 9:
Karya: Joko Pinurbo
Badai menggemuruh di ruang tidurmu.
Hujan menderas, lalu kilat, petir,
dan ledakan-ledakan waktu dari dadamu.
Sesudah itu semuanya reda.
Musim mengendap di kacajendela.
Tinggal ranting dan dedaunan kering
berserakan di atas ranjang.
Wajtu itu tengah malam.
Kau menangis. Tapi ranjang
mendengarkan suaramu sebagai nyanyian.
Contoh 10:
Karya: Sapardi Djoko Damono
Masih pagi begini kamu mau ke mana?
Kemarin kamu bilang sakit,
sekarang pagi-pagi malah sudah bangun.
dan siap-siap pergi.
Wajahmu tampak pucat,
coba saja lihat di cermin.
Kamu tak takut lagi lihat cermin, bukan?
Cermin tidak pernah bermaksud
menakut-nakuti,
sekadar memberi tahu
bahwa kita sudah sampai
di ruas tertentu.
Ya, ketika galur-galur di wajah kita
tampak tambah tegas.
Apa kamu bilang? Tanda sudah tua?
Tentu saja, tapi apa
hubungannya dengan makam?
Siapa yang berhenti?
Maksudku, siapa yang menyuruhmu
berhenti lekas-lekas?
Dan sekarang kamu malah mau pergi.
Ini kan masih pagi. Benar,
katamu cermin semakin menyakitkan,
suka cerewet dan memeri tahu kita
macam-macam yang sebenarnya
tidak kita pahami benar
tetapi yang membuat kita jengkel
sehingga tidak begitu suka lagi bercermin.
Tapi, apa pula urusannya?
Ini masih pagi, kamu mau ke mana?
Demikianlah beberapa contoh puisi terzina dalam bahasa Indonesia. Jika kamu ingin mengetahui contoh dari jenis-jenis puisi baru lainnya, kamu bisa langsung cek website haidarmusyaffa.com.
Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai puisi khususnya, ataupun mengenai bahasa Indonesia pada umumnya. Sekian dan sampai jumpa